Krisis Regenerasi Petani dan Sentralisasi Kebijakan Pertanian Dinilai Hambat Swasembada

Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur, Guntur

Portalkaltim.com – Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur, Guntur, mengkritik keras kebijakan pemerintah pusat yang terlalu sentralistik dalam pengelolaan pupuk dan alat mesin pertanian (Alsinta). Menurutnya, kebijakan tersebut tidak menjawab kebutuhan petani di daerah yang memiliki kondisi tanah berbeda-beda.

Guntur menilai sistem yang berjalan saat ini membuat regenerasi petani kian sulit karena petani muda kehilangan motivasi akibat minimnya dukungan dan kegagalan panen yang disebabkan ketidaksesuaian bantuan pertanian.

“Sekarang, mohon maaf, bagaimana kita menggerakkan anak-anak muda kita, generasi kita, milenial kita untuk jadi petani? Kalau semuanya Alsinta harus diatur oleh pusat, pusat harus menurunkan. Pupuk juga harus dari pusat menurunkan. Apa artinya itu? Nggak ada artinya,” kata Guntur.

Ia menegaskan bahwa tanah di Kalimantan Timur memiliki karakteristik berbeda dari daerah lain seperti Jawa, sehingga kebutuhan pupuk dan metode bertani juga tidak bisa disamaratakan. Ketika petani muda gagal panen karena pupuk tidak cocok, mereka tidak akan tertarik lagi untuk bertani.

“Kalau ini diambil oleh pusat, pada saat teman-teman, adik-adik kita, petani milenial nanam gagal, pasti tidak akan mau lagi mereka nanam. Di Kaltim 70 persen petani kita itu tua-tua semuanya,” tegasnya.

Guntur juga menyesalkan bahwa APBD yang terbatas dan sistem anggaran tahunan membuat kebutuhan pertanian tidak bisa dipenuhi secara fleksibel.

“APBD itu setahun sekali loh. Tahun ini diajukan belum tentu tahun depan keluar. Kan kebutuhan petani kita itu belum tentu juga sama dengan tahun lalu,” imbuhnya.

Loading