Keluarga Jadi Garda Depan Pencegahan HIV dan Stunting di Kutim

Achmad Junaidi (pojok kiri), dr. Aulia Nisa Ahdin (sebelah kanan Achmad Junaidi), dr. Meitha Togas (sebelah kiri dr. Marthen), dr. Marthen Luther (pojok kanan)

Portalkaltim.com, Kutai Timur – Keluarga memiliki peran penting sebagai garda terdepan dalam mencegah HIV/AIDS dan mengurangi stunting. Kesadaran yang dimulai dari rumah menjadi kunci keberhasilan program kesehatan jangka panjang.

Itulah point utama yang ingin disampaikan pada Seminar dan Sosialisasi pencegahan penyakit menular HIV/AIDS dalam upaya percepatan penurunan stunting & penanganan keluarga berisiko stunting di Kutim di ruang di Ruang Multimedia Bangga Kencana Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim pada Senin (1/9/2025).

Kepala Dinas DPPKB Achmad Junaidi sebagai pembawa acara (host) menyampaikan bahwa pencegahan tidak hanya mengandalkan layanan medis, melainkan juga peran keluarga di dalamnya.

“Keluarga menjadi benteng pertama. Tingkat kesadarannya harus tinggi. Kalau tidak, maka bisa berdampak pada anak. Edukasi tentang perilaku hidup sehat, pemeriksaan dini, dan pola makan bergizi harus dibangun dari rumah,” ujarnya seusai sosialisasi Harganas Ke-32 tingkat Kabupaten Kutim 2025.

Ia menambahkan, DPPKB dan Dinas Kesehatan Kutim akan memperluas program penyuluhan ke tingkat desa dan kecamatan, sekaligus melibatkan tokoh masyarakat dalam membangun kesadaran bersama. Pendekatan ini juga ditujukan untuk menekan stigma negatif terhadap penderita HIV/AIDS agar mereka mau memeriksakan diri tanpa takut dikucilkan.

“Semua elemen harus bergerak, terutama kepada mereka yang sudah terkena infeksi ini (HIV/AIDS). Tanpa keterbukaan mereka, program ini sulit mencapai hasil optimal dan semua telah difasilitasi (gratis),” sambungnya

Diketahui, di Kutim tercatat ada 104 kasus baru per Agustus 2025. Meski angka ini lebih rendah dibandingkan pada tahun lalu yang tercatat ada 161 kasus pada akhir tahun 2024, angka kenaikan tetap terjadi jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.

“Ada 104 kasus yang terdata dari Januari sampai Agustus 2025 ini dan itu merupakan penderita infeksi yang baru di Kutim, untuk kecamatan di Kutim paling banyak ialah di Sangatta Utara,” ungkap Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kutim dr. Marthen Luther.

Dari sisi jenis kelamin, penderita yang dominan terdapat pada laki-laki, dengan penderita sebanyak 65 persen, sementara sisinya ialah 35 persen penderita ialah perempuan.

Sementara itu, koordinator Klinik Pelangi bagian Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV RSUD Kudungga dr. Aulia Nisa Ahdin mengungkapkan bahwa seluruh puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang tersebar di seluruh Kabupaten Kutim menyediakan pemeriksaan infeksi virus HIV/AIDS.

“Bukan hanya di RSUD swasta maupun milik pemerintah saja, akan tetapi juga puskesmas, baik itu di tempat yang ramai dengan penduduk maupun pedalaman. Dan tentunta gratis” jelas dr Aulia

Pemeriksaan ini dilakukan secara rahasia dan hanya diketahui oleh petugas pemeriksa HIV/AIDS. Dengan cara tertutup ini, diharapkan peserta tidak merasa malu atau takut terhadap stigma negatif di masyarakat.

Upaya ini juga sejalan dengan target Pemerintah Indonesia untuk menekan angka stunting secara signifikan dalam lima tahun ke depan serta mencapai Zero Three (30) HIV/AIDS pada tahun 2030.

Loading