Kaltim Pionir Forum Pemuda Disabilitas, Dispora Ajak Kolaborasi Nyata Bukan Sekadar Simbol
Sub Kordinator Kepimpinan,Kepeloporan,dan Kemitraan Pemuda Dispora Kaltim,Rusmulyadi
Portalklatim.com Samarinda – Kalimantan Timur menjadi pelopor pembentukan Forum Pemuda Disabilitas pertama di Indonesia, namun Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim menilai bahwa eksistensinya belum sepenuhnya dioptimalkan sebagai kanal aspirasi yang aktif.
Sub Koordinator Kepemimpinan, Kepeloporan, dan Kemitraan Pemuda Dispora Kaltim, Rusmulyadi, menyebutkan bahwa forum ini sejatinya bukan hanya pelengkap administrasi, melainkan ruang kolaborasi untuk menjembatani suara pemuda difabel dalam pembangunan kepemudaan.
“Ini forum yang sudah jalan tiga periode. Bukan simbol. Tapi sayangnya komunikasi dua arah masih belum maksimal,” ujar Rusmulyadi.
Ia menyebut, hingga kini Kalimantan Timur masih menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki struktur resmi Forum Pemuda Disabilitas yang terus berlanjut secara periodik.
“Silakan dicek, belum ada provinsi lain yang membentuk ini secara formal dan berkelanjutan. Tapi kami tidak ingin ini berhenti di status ‘pertama’, kami ingin forum ini aktif dan relevan,” lanjutnya.
Menurutnya, Dispora Kaltim sudah berupaya membuka ruang komunikasi dan sinergi dengan forum, baik melalui undangan audiensi maupun kunjungan lapangan. Namun, respons dari pengurus forum belum konsisten.
“Baru satu kali mereka datang ke kantor. Padahal beberapa kali kami undang untuk berdialog. Bagi kami, ruang sudah dibuka. Tinggal bagaimana forum ini mengambil peran,” ungkapnya.
Meski demikian, komitmen inklusi tetap dijalankan Dispora. Dalam berbagai pelatihan yang digelar, pemuda disabilitas tetap dilibatkan secara aktif. Salah satunya pada pelatihan kecakapan hidup di Kota Bontang, yang bahkan dilengkapi dengan juru bahasa isyarat (JBI) untuk peserta tuli
“Waktu itu dua peserta tuli ikut dan kami hadirkan JBI secara khusus. Karena kami tidak ingin inklusivitas berhenti di spanduk atau narasi,” tegas Rusmulyadi.
Sejak awal 2000-an, Dispora Kaltim bahkan telah memiliki staf internal dengan kemampuan JBI yang disiagakan jika dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan inklusif.
“Kami sudah punya SDM JBI dari lama. Jadi bukan dadakan atau cuma proyek sesaat. Ini bagian dari sistem kerja kami,” tambahnya.
Ia berharap forum yang telah dibentuk dengan semangat inklusi tersebut dapat benar-benar diisi oleh pemuda disabilitas dengan semangat kolaboratif, sehingga bisa turut memberi masukan kritis dalam perumusan program-program kepemudaan yang responsif.
“Negara hanya bisa membuka jalan, tapi yang menentukan apakah jalan itu dilalui atau tidak, adalah mereka sendiri. Kami ingin forum ini jadi mitra aktif, bukan hanya penonton,” pungkas Rusmulyadi.