Strategi Dispora Bangun Kolaborasi Tanpa Sekat

Gedung Dispora Kaltim.

Portalkaltim.com Samarinda – Ketika program-program kepemudaan seringkali hanya menyasar kelompok tertentu dengan pendekatan seragam, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur justru memilih jalan berbeda. Mereka tidak lagi bicara tentang siapa yang terpilih, melainkan siapa yang belum dirangkul.

Dengan semangat kolaborasi yang menghapus sekat geografis maupun sosial, Dispora Kaltim mendorong pelibatan semua unsur pemuda tanpa pandang latar belakang, termasuk penyandang disabilitas, pelajar, mahasiswa, hingga pemuda dari wilayah terluar seperti Mahakam Ulu.

“Kita sedang membangun generasi yang tidak hanya pintar secara akademis, tapi juga sadar akan nilai sosial. Maka, ruang keterlibatan harus terbuka lebar,” ujar Hasbar Mara, Analis Muda Bidang Pemberdayaan Pemuda Dispora Kaltim, Senin

Menurutnya, keadilan bukan hanya tentang memberi kesempatan yang sama, tapi juga menciptakan cara-cara baru agar kesempatan itu benar-benar bisa dijangkau oleh siapa saja. Itu sebabnya, setiap kegiatan yang digelar selalu dirancang ulang untuk bisa diakses oleh pemuda dari berbagai kondisi.

“Kami tidak menunggu mereka datang. Kami yang datang mendekat,” ucap Hasbar menegaskan filosofi kerjanya.

Langkah ini sejalan dengan visi Kalimantan Timur sebagai daerah strategis yang menjadi garda depan dalam menyambut perpindahan Ibu Kota Negara. Dispora Kaltim menilai, transformasi nasional hanya akan berarti jika anak muda dari seluruh penjuru provinsi diberi ruang untuk ikut serta bukan hanya hadir, tapi benar-benar terlibat aktif.

Dalam praktiknya, Dispora terus memperluas jangkauan program ke berbagai daerah. Bukan hanya pusat kegiatan yang dibagi rata, namun juga melibatkan tokoh pemuda setempat sebagai mitra kerja. Pendekatan ini memperkuat rasa memiliki terhadap program dan memastikan kegiatan tidak berjalan kaku.

“Misalnya saat kegiatan digelar di Balikpapan, tetap kami undang peserta dari Berau, Paser, bahkan Mahulu. Ini bukan soal jumlah, tapi soal simbol keterlibatan,” terang Hasbar.

Selain fokus wilayah, pihaknya juga menaruh perhatian khusus pada mahasiswa. Dikenal memiliki daya kritis dan keberanian bertindak, kelompok ini dianggap sebagai mitra strategis yang bisa menjadi pemantik gerakan dan penghubung antar generasi.

“Mereka seperti jembatan. Ketika mahasiswa terlibat, peserta lain jadi lebih berani bicara, lebih terbuka. Di sinilah kolaborasi tumbuh,” tambahnya.

Dalam seluruh proses ini, pendekatan inklusif bukan sekadar jargon. Dispora Kaltim memaknainya sebagai upaya menyusun ulang struktur program agar ramah terhadap semua kapasitas, bukan membandingkan siapa yang paling mampu.

Dengan langkah ini, Dispora Kaltim tidak hanya membangun program, tetapi membangun nilai. Nilai bahwa masa depan Kaltim harus dipikul bersama oleh semua pemuda yang kuat, yang lemah, yang di kota, maupun yang jauh di kampung.

“Inklusif bagi kami bukan tujuan akhir, tapi cara hidup. Pemuda Kaltim adalah satu tubuh. Semua harus punya peran,” tutup Hasbar.

Loading