POPDA Kaltim 2025 Pangkas Delapan Cabor, Dispora Fokus pada Efisiensi dan Kesiapan Daerah
Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Dispora Kaltim, Rasman Rading
Portalkaltim.com Samarinda – Keterbatasan infrastruktur dan anggaran menjadi tantangan serius dalam pelaksanaan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Kalimantan Timur 2025. Akibatnya, delapan cabang olahraga dipastikan tidak dipertandingkan pada edisi tahun ini, meskipun terdaftar dalam cabang resmi tingkat nasional.
Keputusan ini diambil melalui hasil evaluasi teknis bersama seluruh perwakilan Dispora kabupaten/kota. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) memilih pendekatan realistis untuk memastikan penyelenggaraan yang efisien dan tidak memaksakan kesiapan yang belum merata.
“Kita harus jujur melihat kondisi di lapangan. Setelah dikaji bersama, diputuskan bahwa tahun ini ada delapan cabor yang belum memungkinkan untuk dipertandingkan. Ini pilihan yang berat, tapi perlu,” ujar Rasman Rading, Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Dispora Kaltim.
Adapun cabang olahraga yang tidak masuk daftar pertandingan adalah angkat besi, dayung, gulat, panjat tebing, sepak takraw, tenis lapangan, tenis meja, dan wushu. Dengan demikian, hanya 23 dari total 31 cabang olahraga nasional yang akan meramaikan POPDA Kaltim 2025.
Menurut Rasman, penyebab utama pengurangan cabor adalah minimnya ketersediaan venue yang memadai dan kurangnya jumlah peserta dari sejumlah daerah. Kondisi ini menyulitkan terlaksananya pertandingan dengan standar kompetisi yang layak.
“Sebagian cabor memerlukan fasilitas khusus. Seperti dayung dan panjat tebing, itu tidak semua daerah punya. Belum lagi persoalan atlet yang belum memenuhi syarat minimal. Kita tidak bisa memaksakan,” jelasnya.
Meski demikian, Rasman menegaskan bahwa keputusan ini tidak berarti menurunnya komitmen terhadap pembinaan atlet pelajar. Justru sebaliknya, ia berharap fokus yang lebih tajam pada 23 cabor akan memaksimalkan kualitas pelaksanaan serta pengembangan prestasi di tingkat pelajar.
Dispora juga tengah memantau kemungkinan tetap dipertandingkannya angkat besi, yang hingga kini masih dalam tahap pertimbangan. “Masih kami pantau. Tergantung bagaimana kesiapan teknis dari daerah dan ketersediaan fasilitas pendukung,” ujarnya.
POPDA Kaltim tetap diposisikan sebagai ruang strategis untuk deteksi dini potensi atlet muda yang kelak mewakili daerah di ajang nasional. Untuk itu, sinergi antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, sekolah, dan organisasi keolahragaan menjadi krusial.
“Yang kami dorong ke depan bukan hanya jumlah cabor, tapi kualitas pelaksanaan, pemerataan infrastruktur, dan komitmen pembinaan. POPDA harus jadi titik temu antara semangat kompetisi dan pembangunan olahraga daerah yang berkelanjutan,” tutup Rasman.
Dengan pelaksanaan yang lebih selektif dan adaptif terhadap kondisi riil daerah, POPDA Kaltim 2025 diharapkan tetap menjadi panggung regenerasi atlet muda sekaligus momentum pembenahan sistem olahraga pelajar yang lebih inklusif dan terarah.