Potensi Besar Karangan: Wisata Alam dan Kakao Unggulan, tapi Jalan Masih Jadi Kendala
Portalkaltim.com, Kutai Timur — Kecamatan Karangan yang berada di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menyimpan potensi besar yang belum sepenuhnya tergarap. Dari sumber air panas di Desa Batu Lepoq, Gua Ara Raya, hingga Gunung Beriun, wilayah ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata alam andalan di Kutim.

Namun, semua itu belum bisa berkembang maksimal lantaran akses jalan yang masih menjadi kendala utama.
Camat Karangan, Madnuh menilai wisata dan ekonomi lokal di wilayahnya memiliki potensi yang begitu besar. Akan tetapi, keterbatasan infrastruktur, terutama jalan provinsi yang melintas di Karangan, masih menjadi hambatan terbesar.
“Kalau jalan provinsi itu segera diselesaikan, dampaknya akan luar biasa. Wisata bisa maju, ekonomi masyarakat juga ikut tumbuh. Tapi sekarang masih belum ada aksi yang nyata di lapangan,” ungkap Madnuh saat diwawancarai seusai upacara HUT Kutim ke-26 di Halaman Kantor Bupati Kutim, Minggu (12/10/2025).
Menurutnya, akses jalan bukan hanya penting untuk sektor wisata, tapi juga menjadi jalur utama masyarakat untuk beraktivitas, mulai dari sekolah, belanja demi memenuhi kebutuhan, hingga mengangkut hasil pertanian.

Selain wisata, sektor pertanian juga menjadi kebanggaan Karangan. Kecamatan ini dikenal sebagai penghasil kakao terbesar di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Produk kakao Kecamatan Karangan bahkan sudah diminati pembeli dari Benua Eropa.
“Kakao hasil kami bagus. Sudah ada peminat dari Eropa, tinggal perbaikan pada akses dan produksi yang perlu kita dorong lagi,” ujarnya.
Selain itu, ia menyampaikan bahwa saat ini masyarakat Karangan sudah mampu memproduksi olahan cokelat dalam bentuk batangan dan permen koin, meski skala produksi masih kecil.
Perangkat desa juga telah berinisiatif membeli mesin pengolah kakao dengan dana desa yang dimiliki, sementara bantuan tambahan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim juga tengah diupayakan.
Potensi usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Karangan juga mulai menunjukkan perkembangan. Beberapa warga telah memproduksi keripik dan olahan cokelat khas Karangan yang berpotensi menjadi oleh-oleh unggulan daerah. Namun, sulitnya akses transportasi kembali membuat distribusi produk belum maksimal.
“Produk kita bagus, tapi untuk keluarnya susah karena jalan rusak. Itu yang menghambat,” tegasnya.
Sementara itu, dari sisi infrastruktur dasar, Kecamatan Karangan perlahan menunjukkan kemajuan. Saat ini, lebih dari 50 persen warga sudah menikmati air bersih melalui instalasi PDAM Tirta Tuah Benua unit Karangan di Desa Pengadan, yang baru diresmikan beberapa waktu lalu.
Namun, beberapa wilayah seperti Batu Lepoq dan Mukti Lestari masih belum sepenuhnya terlayani.
“Masih ada desa yang jauh dan belum terjangkau air PDAM. Sumber air sebenarnya ada, dari goa alami yang terus mengalir,” jelasnya.
Untuk listrik, hampir seluruh desa di Karangan sudah teraliri, meski beberapa RT masih mengandalkan genset karena jarak rumah warga yang berjauhan. Sinyal internet pun tergolong cukup baik, meski terdapat beberapa titik blank spot di jalur antar-desa.
Dirinya juga menyoroti keberhasilan Karangan dalam menekan angka stunting. Menurutnya, kerja sama antara pemerintah kecamatan, tenaga medis, dan Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) cukup efektif. Pendampingan rutin dan program edukasi di sekolah-sekolah telah menunjukkan hasil yang positif.
“Kami tekankan juga kantin sekolah harus higienis. Jadi bukan hanya soal makanan bergizi, tapi juga pola hidup sehat sejak dini,” jelasnya.
Ia berharap program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah yang dicetuskan oleh Presiden Prabowo Subianto bisa segera diterapkan di wilayahnya untuk memperkuat edukasi gizi anak-anak sekolah.
Di luar persoalan teknis, dirinya juga menilai bahwa salah satu tantangan terbesar dalam pembangunan desa justru datang dari kurangnya visi kepemimpinan di tingkat kepala desa.
“Seharusnya kepala desa bisa lebih visioner, karena masih banyak dana desa yang besar setiap tahun, tetapi belum memberi dampak nyata bagi masyarakat,” tegasnya
Sebagai camat yang sudah tujuh tahun melaksanakan tugasnya, Madnuh berharap ke depannya para kepala desa bisa lebih terbuka dalam perencanaan pembangunan dan selaras dengan arah kebijakan Pemerintah Daerah (Pemda).
Dengan segala potensi wisata, pertanian, dan UMKM yang dimiliki, Kecamatan Karangan sesungguhnya bisa menjadi motor penggerak ekonomi Kutim bagian utara. Namun, tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, terutama jalan provinsi yang menjadi urat nadi utama, potensi itu masih sebatas harapan.
“Kalau jalannya sudah bagus, Karangan bisa jadi destinasi unggulan sekaligus sentra ekonomi baru di Kutim,” pungkasnya. (mh)
