Ancaman Ganda di Kutim, HIV/AIDS Bisa Picu Generasi Stunting

Achmad Junaidi (pojok kiri), dr. Aulia Nisa Ahdin (sebelah kanan Achmad Junaidi), dr. Meitha Togas (sebelah kiri dr. Marthen), dr. Marthen Luther (pojok kanan)

Portalkaltim.com, Kutai Timur – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim menggelar seminar sekaligus sosialisasi guna mencegah penyakit menular HIV/AIDS dalam upaya percepatan penurunan stunting & penanganan keluarga berisiko stunting di Kutim.

Kepala Dinas DPPKB Achmad Junaidi sebagai pembawa acara turut mengundang beberapa narasumber, diantaranya ialah koordinator Klinik Pelangi bagian Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV RSUD Kudungga dr. Aulia Nisa Ahdin, Sp.A SubSP Tim Pakar Ikatan Dokter Indonesia Cabang Kutim dr. Meitha Togas, dan Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kutim dr. Marthen Luther.

Terdapat beberapa pemaparan yang disampaikan oleh narasumber, seperti fokus utama yakni integrasi program pencegahan HIV/AIDS dan penurunan stunting pada momentum peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) Ke-32 Tingkat Kabupaten Kutim Tahun 2025. Kedua masalah kesehatan tersebut juga dianggapsaling berkaitan erat.

Seminar dan sosialisasi di Ruang Multimedia Bangga Kencana DPPKB
Seminar dan sosialisasi di Ruang Multimedia Bangga Kencana DPPKB

dr. Marthen menjelaskan bahwa Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah infeksi virus yang akan menyerang sistem kekebalan tubuh (imun) manusia, yang akan berakibat pada tubuh rentan terhadap infeksi dan penyakit serius.

“Ini fenomena gunung es. Bahwa kasus ini yang nampak itu hanya ujungnya saja, masih sedikit. Ini kita harus angkat terus, sehingga kasus ini bisa cepat kita tangani dan kita obati. Virus HIV ini memang merusak sistem tubuh,” Jelas Marthen di Ruang Multimedia Bangga Kencana DPPKB, Senin (1/9/2025).

Di sisi lain, dr. Aulia menyampaikan bahwa Pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui Dinas Kesehatan telah mencanangkan program nasional Three Zero (30) HIV/AIDS. Program ini bertujuan untuk memusnahkan HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2030.

“Nantinya itu tidak ada lagi infeksi baru HIV di Tahun 2030. Namun pada kenyataannya sampai tahun 2024 kemarin, untuk Kutim sendiri masih ada infeksi baru sekitar 104 kasus. Sehingga ini masih menjadi perhatian khusus, agar angka infeksi baru HIV ini bisa kita tekan,” Tegas Aulia di ruangan yang sama.

Sementara itu, dr. Meitha menjelaskan bahwa infeksi HIV pada orang tua berpotensi memengaruhi kondisi kesehatan sang janin dan akan meningkatkan risiko stunting pada sang anak.

“Kedua hal ini saling berkaitan, pencegahan HIV/AIDS harus menjadi bagian dari program keluarga sehat. Jika tidak, kita berhadapan dengan generasi yang rentan gizi buruk,” ujar Meitha.

Mayoritas penderita HIV/AIDS ini sendiri berada pada usia produktif, yaitu 20–40 tahun. Perilaku seksual berisiko tanpa alat kontrasepsi, penggunaan jarum suntik tidak steril juga menjadi penyumbang terbesar penularan virus ini. (TS)

Loading