Dispora Kaltim Buktikan Efisiensi Bisa Cetak Pemuda Tangguh

Rusmulyadi,Sub Kordinator Kepimpinan,Kepeloporan,dan Kemitraan Pemuda Dispora Kaltim

Portalkaltim.com Samarinda – Di tengah situasi fiskal nasional yang menuntut efisiensi di berbagai lini, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur justru menjadikan keterbatasan anggaran sebagai titik tolak untuk berbenah. Bukan memangkas program, tapi mengubah cara kerja.

Langkah ini menjadi narasi baru dalam birokrasi pembangunan pemuda yang lebih adaptif, efisien, dan berorientasi hasil.

“Kami tidak berpikir bagaimana mengurangi kegiatan. Yang kami pikirkan adalah bagaimana tetap bisa menjangkau lebih banyak pemuda dengan sumber daya yang terbatas,” ujar Rusmulyadi, Sub Koordinator Kepemimpinan, Kepeloporan, dan Kemitraan Pemuda Dispora Kaltim, Senin

Alih-alih meratapi pemangkasan anggaran, Dispora Kaltim memperbaiki sistem pelaksanaan kegiatan secara menyeluruh. Mulai dari pemanfaatan aset milik sendiri, pembatasan belanja seremoni yang tidak berdampak langsung, hingga pengaturan jumlah peserta dan waktu kegiatan secara proporsional.

“Kami punya gedung sendiri, perangkat sendiri. Kenapa harus bayar mahal-mahal? Kami ubah fokus: bukan sekadar acara, tapi proses,” katanya.

Langkah sederhana tapi berdampak besar itu terbukti efektif. Tanpa tambahan anggaran, Dispora Kaltim bahkan menargetkan peningkatan jumlah pemuda binaan dari 2.300 menjadi 2.500 orang tahun ini.

“Yang kami lakukan adalah mengatur strategi, bukan sekadar membelanjakan. Kita buktikan, efisiensi bisa berarti produktivitas,” tegas Rusmulyadi.

Namun, capaian tersebut tidak berhenti pada angka. Ia menegaskan bahwa tolok ukur keberhasilan tidak lagi diukur dari seberapa megah kegiatan berlangsung, melainkan dari seberapa besar transformasi yang dirasakan oleh peserta.

“Yang kita bentuk bukan cuma keramaian acara, tapi karakter dan kepemimpinan. Itu jauh lebih penting dari sekadar panggung besar atau catering mahal,” ujarnya.

Guna memperluas daya jangkau dan keberlanjutan program, Dispora Kaltim juga aktif mendorong sinergi lintas sektor termasuk kolaborasi dengan komunitas lokal, perguruan tinggi, dan pelaku usaha.

“Kami tidak berjalan sendiri. Peran pemerintah cukup jadi fasilitator dan pemantik. Kalau semua elemen ikut ambil bagian, pembangunan pemuda akan jauh lebih kuat dan berkelanjutan,” jelasnya.

Pendekatan ini tidak hanya menyelamatkan program dari tekanan anggaran, tapi juga membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi masyarakat.

Rusmulyadi meyakini bahwa pembinaan pemuda adalah investasi jangka panjang. Maka, upaya pengelolaannya pun harus berpijak pada efisiensi, inovasi, dan kolaborasi, bukan pada rutinitas administratif belaka.

“Kami ingin tunjukkan bahwa birokrasi juga bisa lentur, bahkan progresif. Program pemuda bukan agenda pelengkap. Ini fondasi masa depan daerah, dan tidak boleh goyah hanya karena anggaran menipis,” tutupnya.

Loading