Bukan Malas, Tapi Sistemnya Gagal! Lulusan Baru Tanpa Skill Penyebab Pengangguran Meningkat
Portalkaltim.com, Samarinda – Sebuah unggahan di salah satu platform media sosial (medsos) Threads mengkritisi fenomena tingginya angka pengangguran di Indonesia.
Akun @sugoinime8 menuliskan bahwa salah satu alasan banyaknya pengangguran yang didominasi oleh lulusan baru, bukan diakibatkan kemalasan yang sering kali digadang-gadang mayoritas orang, melainkan kebijakan pemerintah yang dinilainya belum optimal.
“Fenomena tingginya angka pengangguran di Indonesia terutama di kalangan lulusan baru, bukanlah bukti kemalasan individu melainkan refleksi dari kondisi struktural dan kebijakan yang belum optimal,” tulisnya pada Jumat (27/6/2025).

Dirinya melanjutkan, alasan tersebut semakin diperparah dengan lulusan baru yang tidak memiliki keterampilan sesuai kebutuhan pasar. Merangkum itu semua, ia yakin bahwa pengangguran adalah kesalahan sistem pendidikan di Indonesia dan bukannya kesalahan individu.
Sejumlah warganet turut mengamini utas tersebut. Indonesia dinilai mereka tak kekurangan SDM, hanya keterampilan atau skill lah yang menjadi masalahnya. Ada juga yang menyebut bahwa industri di Indonesia mencari SDM bertenaga baja yang mau diupah rendah. Bahkan mereka menyinggu masalah premanisme dan korupsi yang masih merajalela.
“Negara tidak bisa memanfaatkan SDM yang melimpah, disebabkan setiap kebijakan dan pembangunan perusahaan baru selalu didemo oleh mereka sendiri dan dana anggaran dikorupsi,” tulis @ibnumaajid_2k25.
“Kebutuhan industri cuma satu: karyawan yang mau dibayar murah, tapi multi skill, dan berpengalaman 10 tahun,” singgung @ginanjar_eka_putra.
Tak sedikit yang mengeluhkan soal lulusan baru yang dinilai tidak memiliki pengetahuan dasar sama sekali dan adanya masalah kelahiran anak yang tidak terkendali.
“Lulusan SMK gak tahu jawaban ‘2 meter kayu dipotong 50 cm, jadi berapa potong?’. Lulusan SMA gak bisa jawab hasil dari 5+3×8,” keluh @vic_hasiholan.
“Jangan doyan bikin anak! Yang dilihat cuma kondisi lainnya doang, tapi pas bikin anak bisa lebih dari 5 meski ekonominya dalam keadaan susah,” tegasnya.
Utas dan ramainya kolom komentar ini, seolah menyinggung kembali data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada Februari 2025 lalu. Tercatat, penggunaan di RI meningkat 1,11 persen atau naik 83.450 orang dibanding Februari 2024 lalu, dengan total 7,28 juta orang menganggur.
Dari sumber yang sama, berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, lulusan SMK menyumbang tingkat pengangguran terbanyak dengan nilai 8 persen. Disusul lulusan SMA menyumbang tingkat pengangguran sebanyak 6,35 persen.
Dilansir dari Tempo.co, Ekonom sekaligus Dosen Departemen Ekonomi Universitas Andalas Syafruddin Karimi menyebutkan, salah satu faktor penyebab tingginya angka pengangguran di Indonesia adalah struktur ekonomi nasional, yang belum mampu menyerap tenaga kerja secara optimal.
“Sektor industri, seperti tekstil dan sepatu yang banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia di pasar global,” kata Syafruddin.
Hal itu disebabkan turunnya permintaan dan naiknya harga barang baku serta ekspedisi. Juga, transformasi teknologi saat ini yang bergerak amat cepat, belum diimbangi dengan SDM terampil.
Disimpulkan bahwa benar, faktor terbesar meningkatnya angka pengangguran adalah lulusan baru.
Selain itu, sistem pendidikan yang hanya mencetak lulusan baru terus menerus tanpa keterampilan yang diminta industri saat ini, juga bukan merupakan bentuk kemalasan semata, tetapi adanya sistem pendidikan yang tidak relevan dengan zaman. (SH)
