Fuad Sebut Data Pemuda Kunci Rancang Program yang Tepat Sasaran

Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Fuad Fakhruddin (ist)

Portakaltim.com, Samarinda – Strategi pembangunan kepemudaan di Kalimantan Timur dinilai belum ditopang oleh fondasi data yang kuat. Hal ini diungkapkan Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Fuad Fakhruddin, yang menekankan pentingnya pemerintah daerah segera menyusun basis data menyeluruh tentang jumlah, sebaran, serta potensi pemuda di seluruh wilayah.

Menurut Fuad, banyak program kepemudaan yang selama ini berjalan tanpa pijakan yang jelas. Akibatnya, kegiatan yang digagas cenderung bersifat umum dan tidak mampu menyentuh kebutuhan riil generasi muda di daerah. “Ruang-ruang mereka itu harusnya terstruktur. Harus ada database, baik komunitasnya maupun jumlah pemudanya. Kalau itu dilakukan, baru kita bisa mendesain program berdasarkan potensi lokal,” ungkap Fuad.

Ia menyampaikan bahwa pendekatan seragam tidak bisa diterapkan untuk seluruh kabupaten dan kota. Setiap daerah memiliki karakteristik sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda, sehingga desain program harus disesuaikan secara kontekstual. “Setiap kabupaten dan kota itu punya potensi masing-masing. Kalau data lengkap, kita bisa mendropping program yang sesuai. Sayang kalau bonus demografi kita lewat begitu saja karena salah pendekatan,” jelasnya.

Fuad mengingatkan bahwa pemanfaatan bonus demografi tidak bisa berjalan efektif tanpa kesiapan data dan strategi yang terukur. Tanpa kejelasan arah dan sasaran, pemuda bisa terpinggirkan dari dinamika pembangunan, bahkan sulit bersaing di tengah ketatnya pasar tenaga kerja.

Ia menekankan bahwa menjelang 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif diperkirakan mencapai 68–69 persen, Kaltim harus memastikan bahwa pemudanya tidak sekadar menjadi bagian statistik, melainkan aktor utama pembangunan. Pemuda harus diberi ruang untuk berkontribusi sesuai dengan kekuatan dan keunikan wilayahnya masing-masing.

Fuad juga menyebut perlunya kerja sama lintas sektor untuk membangun sistem informasi kepemudaan yang aktual dan dapat diakses oleh berbagai pemangku kebijakan. Dengan begitu, penyusunan program pembinaan, pelatihan, hingga pemberdayaan dapat disusun secara strategis.

Ia menutup dengan mengingatkan bahwa pembangunan tidak hanya soal infrastruktur fisik, tetapi juga soal investasi jangka panjang terhadap manusia. Dan dalam hal ini, pemuda adalah aset utama yang tak boleh diabaikan hanya karena kurangnya data yang memadai.

Loading