Wisata Populer sampai Infrastruktur, Aldriansyah Bedah Kondisi Terkini Dapil 5 Kutai Timur

Pulau Miang, Kabupaten Kutai Timur

Portalkaltim.com, Kutai Timur – Dengan luas total wilayah 35.747,50 km², yang dihuni sekitar 448.850 jiwa per 2024, Kabupaten Kutai Timur menarik perhatian belakang ini. Usianya yang baru menginjak seperempat abad lebih setahun atau 26 tahun, tepat di 12 Oktober 2025 lalu, daerah ini menyimpan banyak cerita.

Salah seorang anggota legislatif muda di wilayah berkembang ini membagikan kisahnya, melalui perannya di daerah pemilihan (dapil) lima, yakni meliputi Sangkulirang, Sandaran, Kaliorang, Kaubun, Karangan.

Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Kutai Timur Aldriansyah menguliti dapilnya dari tempat-tempat wisata menarik yang memorable nan mempesona. Dapil lima, dikenal dengan karakter geografisnya yang bervariasi, mulai dari pesisir, pertanian, hingga kawasan karst yang kaya potensi wisata dan sumber daya alam.

Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Kutai Timur Aldriansyah
Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Kutai Timur Aldriansyah

Mulai dari Kecamatan Sangkulirang, kawasan dengan potensi wisata alam dan sejarah paling terkenal di Kutai Timur. Di wilayah ini terdapat kawasan karst Sangkulirang–Mangkalihat yang telah diakui sebagai salah satu situs gua prasejarah dengan lukisan purba tertua di dunia.

Selain itu, terdapat Pulau Miang dan Pulau Birah-birahan yang menjadi daya tarik wisata bahari. Hasil bumi utama Sangkulirang berasal dari sektor pertanian padi, palawija, serta hasil laut dari aktivitas perikanan pesisir.

Kecamatan Kaliorang. Kecamatan ini memiliki kekayaan alam berupa air terjun dan kawasan hutan yang masih alami. Beberapa tempat wisata yang cukup dikenal di antaranya Air Terjun Batu Putih, Air Terjun Tangga Bidadari, dan Pantai Marang.
Kecamatan Kaubun. Kawasan ini dikenal sebagai salah satu sentra pertanian terbesar di Kutai Timur. Produksi beras Kaubun cukup terkenal dan menjadi salah satu penyuplai kebutuhan beras lokal.

Kecamatan Karangan. Kecamatan Karangan memiliki potensi wisata unggulan berupa pemandian air panas Batu Lepoq yang banyak dikunjungi wisatawan lokal. Wilayah ini juga termasuk bagian dari bentang karst Sangkulirang–Mangkalihat yang unik secara geologis.

Terakhir, Kecamatan Sandaran. Daerah ini merupakan kawasan pesisir dengan potensi wisata laut yang besar. Obyek wisata yang dikenal antara lain Pulau Birah-birahan, Danau Sapan Indah, serta Pantai Manubar.

Selain itu, beberapa desa di Sandaran juga tengah mengembangkan wisata berbasis masyarakat. Hasil bumi Sandaran meliputi perikanan tangkap dan budidaya, pertanian padi dan palawija, serta produk olahan hasil laut.

Hasil bumi Pisang Kepok Gerecek dari Kecamatan Kaliorang 
Hasil bumi Pisang Kepok Gerecek dari Kecamatan Kaliorang

Namun, tak semua tempat tersebut mudah untuk diakses. Aldriansyah menyebut beberapa wisata tadi harus dijangkau setengah mati. Mulai dari jalan berlumpur, berbatu, hingga tanpa sinyal, membuat wisatawan, khususnya dari luar daerah kesulitan menemukannya.

“Lagi-lagi infrastruktur ya. Berbatu, berlumpur, betul. Bahkan jaringan kan gak ada, jadi nyampe ke situ (wisata)-nya masih susah,” ujarnya.

Menyoal tentang pariwisata, selain hadirnya secara fisik, Aldriansyah menyatakan yang terpenting juga dalam hal legalitas wisata itu. Baik dari sisi legalitas peruntukan lahan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), sampai keamanan di lokasi bagi wisatawan, penting diperhatikan.

“Di situ akan dipetakan mana kawasan wisata, mana kawasan desa, dan mana lahan HGU milik perusahaan. Kalau belum jelas statusnya, anggaran tidak bisa turun,” katanya terkait mekanisme permohonan bantuan Insfratruktur di destinasi wisata.

Dirinya yakin bahwa pemerintah menginginkan destinasi wisata di wilayah manapun terangkat kepermukaan dan menemukan pengunjungnya. Hanya saja diperlukan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit untuk merealisasikan 100 persen pemerataan infrastruktur.

Menyinggung tentang empat hal paling dasar dalam kehidupan manusia modern, air bersih, listrik, infrastruktur, dan internet. Aldriansyah mengungkap wilayah kerjanya itu masih belum merata pada keempatnya.

Ia sadar betul bahwa Kabupaten Kutai Timur amat besar dan setiap kecamatan memiliki “permohonan” serupa kepada pemerintah. Legislatif 26 tahun itu turut menunggu terbitnya pemerataan di seluruh pelosok dapil 5.

“Bukan hanya dapil 5, tapi masalah dasar kita selalu empat tadi. Anggaran kita diusahakan oleh pemerintah supaya semua (kecamatan) bisa merasakan empat tadi, air, listrik, sinyal dan jalan,” tuturnya juga berempati pada setiap daerah yang membutuhkan perhatian.

Aldriansyah mengisahkan salah satu kecamatan dengan kondisi paling kurang beruntung dalam hal keempat kebutuhan dasar tadi, yaitu Sandaran. Daerah yang kebanyakan dijangkau melalui jalur air ini, memiliki problem yang paling membutuhkan bantuan pemerintah.

“Untuk pendidikan, masih ada sekolah dasar yang bangunannya dari kayu, terutama di Desa Tadoan, Kecamatan Sandaran. Karena aksesnya sulit, kadang tender pembangunan tidak diminati kontraktor. Sekolah-sekolah di daerah ini memang perlu perhatian lebih,” sebutnya.

Belum masuknya pipa, belum terpasang tower pemancar sinyal hingga akses jalan yang sulit ditempuh, memaksa warga “bertarung” dengan harga kebutuhan selangit demi bertahan hidup.

Dibalik kisah haru tersebut, ada segenggam apresiasi yang diucapkannya kepada pemerintah. Di usia semuda ini, Kutai Timur terus berupaya menumbuhkan diri di tengah keterbatasan anggaran.

Begitu juga dengan hadirnya fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dan puskesmas pembantu di setiap kecamatan. Walau Rumah Sakit Sangkulirang belum memiliki fasilitas sekelas rumah sakit di Samarinda, ia salut pada para dokternya.

Para tenaga medis ini berjibaku dengan jam kerja dengan mengalah oleh jam tidurnya. Ia mengisahkan ada seorang dokter yang harus melintasi jarak amat jauh demi memberi pelayanan di dua tempat, pagi sampai malam.

Tak ingin hanya menuntut, legislator ini optimis bahwa dapil 5, mungkin tidak hari ini atau besok atapun tahun depan, tapi mungkin di waktu mendatang akan terwujud pemerataan kebutuhan dasar bagi masyarakat perwakilannya kelak.

“Pembangunan tetap harus berpihak pada kebutuhan dasar masyarakat seperti air, listrik, jalan, dan sinyal. Semua sudah diakomodasi dalam RPJMD sebagai prioritas utama pembangunan Kutai Timur,” pungkasnya. (SH)

Loading