Kolaborasi Jadi Kunci Utama di Kutim Percepat Penurunan Stunting

Plt Kepala Pusjar SKPP LAN Samarinda Rahmat Suparman

Portalkaltim.com, Kutai Timur — Dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) menggelar seminar dan sosialisasi memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 tingkat Kabupaten Kutim.

Topik yang dibahas dalam podcast tersebut ialah “Kepemimpinan Kolaboratif dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting dari Sudut Pandang Genetika Darah”.

Penanganan stunting yang saat ini menjadi permasalahan utama di Kutim tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Seluruh unsur harus ikut terlibat, baik pemerintah maupun masyarakat, dalam satu orkestra kolaboratif yang terdiri dari berbagai kelompok.

Hal itu disampaikan langsung oleh Plt Kepala Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur (Pusjar SKPP) Lembaga Administrasi Negara (LAN) Samarinda, Dr. Rahmat Suparman, seusai podcast tersebut.

“Dalam konteks kolaborasi itu tidak ada yang namanya Superman, yang ada justru super team. Semua pihak harus ikut terlibat, baik DPPKB, dinas teknis seperti Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), Dinas Sosial (Dinsos), bahkan tokoh masyarakat dan kepala desa,” ujar Rahmat saat diwawancara via telepon.

Rahmat mengibaratkan kepemimpinan kolaboratif seperti seorang dirigen dalam sebuah orkestra. Pemimpin bukan hanya sibuk dengan urusan pekerjaannya sendiri, melainkan memastikan seluruh musisi memainkan instrumennya dengan baik sehingga tercipta suatu harmoni.

“Ibaratkan pemain musiknya itu adalah Dinkes, Disdikbud, Dinsos, aktor non-pemerintah juga seperti tokoh masyarakat, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lainnya. Itu semua dipimpin oleh Achmad Junaidi selaku Kepala DPPKB. Ciri seorang pemimpin strategis adalah kolaboratif,” sambungnya.

Senada dengan itu, Kepala DPPKB Achmad Junaidi menegaskan pentingnya sinergi antarsektor. Menurutnya, penanganan stunting di Kutim membutuhkan koordinasi antara dinas terkait, lembaga, hingga masyarakat agar sesuai dengan target yang dituju.

“Tidak bisa hanya satu dinas yang bergerak. Semua harus bersatu agar target percepatan stunting ini dapat tercapai,” ucap Junaidi.

Sementara itu, narasumber lain yakni Direktur Golongan Darah (Golda) Institut Indonesia, Eva Dipanti Tumbu, menyoroti pendekatan unik dalam membangun kekuatan tim, yaitu melalui pemahaman sifat dasar manusia berdasarkan golongan darah. Hal ini dinilai dapat menjadi cara praktis mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap individu.

“Dengan mengetahui golda, kita dapat memahami karakter dasar seseorang. Dari situ, anggota tim bisa saling melengkapi,” jelas Eva.

Pandangan ini juga disambut positif oleh Rahmat. Ia menilai pemetaan kepribadian seperti itu bisa memperkuat kerja sama tim saat berada di lapangan.

“Esensi dari sebuah tim adalah saling menutupi kekurangan dan menguatkan apa yang sudah menjadi kelebihan. Dengan begitu, kolaborasi nantinya akan lebih solid,” pungkasnya. (TS)

Loading