Kepala DPPKB Kutim Tekankan Kolaboratif Kepemimpinan untuk Percepatan Penurunan Stunting

Kepala DPPKB Kutim Achmad Junaidi

Portalkaltim.com, Kutai Timur – Pada seminar dan sosialisasi memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 tingkat Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim Achmad Junaidi menegaskan akan pentingnya kepemimpinan kolaboratif dan juga pemahaman akan karakter dari genetika seseorang, termasuk pada golongan darah (golda), dalam upaya percepatan penurunan stunting.

Junaidi menyampaikan bahwa percepatan penurunan stunting tidak hanya dapat dilakukan oleh satu instansi saja, akan tetapi memerlukan dukungan dari semua pihak.

Pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting ditegaskan bahwa upaya penurunan angka stunting dilakukan lewat strategi nasional berbasis lima pilar, koordinasi lintas sektor, serta pembentukan tim yang melibatkan berbagai tingkat pemerintahan dan pemangku kepentingan.

“Ini adalah kolaborasi lintas sektor. Semua punya perannya masing-masing. Tetapi, kalau tidak disatukan dalam satu kepemimpinan dan pemahaman yang sama, maka semuanya akan berjalan dengan caranya sendiri,” tegas Junaidi di ruang kerjanya di DPPKB Kutim pada Rabu (3/9/2025).

Ia turut menekankan kepemimpinan dalam suatu instansi maupun organisasi untuk menyamakan persepsi dalam mencapai visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Kutim, seperti 50 program unggulan yang tengah dijalankan pada periode tahun 2025–2030 ini.

“Pastinya ada perbedaan Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi). Akan tetapi, dalam satu Tupoksi itu ingin mencapai satu tujuan yang hendak kita capai bersama-sama, yaitu visi-misi Bupati Kutim. Menuju Kutim yang hebat, untuk Indonesia emas,” sambungnya.

Ia juga menjelaskan alasan genetika dan golda yang dibahas dalam podcast tersebut. Setiap manusia tentunya membawa karakter bawaan yang memengaruhi cara memimpin dan bekerja di suatu instansi.

Pemahaman ini diyakini dapat memperkuat sinergi antarinstansi.

“Berbeda warna boleh, tetapi tujuannya tetap satu, yakni menurunkan angka stunting,” ujarnya.

Selain itu, dirinya turut memaparkan beberapa langkah konkret dalam mempercepat penurunan angka stunting di Kutim.

Langkah pertama yang akan dilakukan ialah berfokus pada data by name by address terhadap anak stunting sesuai data gizi yang ada di Dinas Kesehatan (Dinkes). Kedua, menyasar keluarga berisiko stunting berdasarkan data yang telah diterima, yang nantinya akan ditindaklanjuti melalui program jemput bola oleh tiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Ketiga, menangani keluarga miskin ekstrem berdasarkan data by name by address yang ada di Dinas Sosial (Dinsos).

“Apabila semua OPD sepakat dan mau berkolaboratif, terutama program ini harus tepat sasaran, saya yakin angka stunting dapat turun dengan signifikan,” tuturnya.

Tak hanya itu, keterlibatan masyarakat sangat penting dalam mendukung program pemerintah. Edukasi mengenai pola makan sehat, sanitasi lingkungan, hingga kesadaran orang tua dalam membawa sang anak ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) terdekat secara rutin merupakan langkah sederhana yang sangat berdampak.

“Posyandu itu garda terdepan kami. Terutama wanita yang sedang hamil itu sangat dianjurkan untuk memantau status gizi sejak dini,” jelasnya.

Terakhir, dalam upaya menurunkan angka kemiskinan di Kutim tentunya membutuhkan sinergi antar-OPD. Seperti keluarga yang kurang kualifikasi dalam pendidikan dapat diarahkan ke program Paket A, B, dan C yang gratis di Kutim melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud).

Sedangkan keluarga yang butuh keterampilan dapat dialihkan ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kutim untuk mendapatkan pelatihan kerja, misalnya di Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Mandiri Kutim.

“Semua OPD punya peran. Tujuannya supaya gerak kita serentak, program tepat sasaran, dan angka stunting benar-benar turun di Kutim,” pungkasnya. (TS)

Loading