Strategi Daerah Dinilai Lemah, Pemuda Kaltim Terancam Tertinggal di Era Bonus Demografi

Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Fuad Fakhruddin (ist)

Portakaltim.com, Samarinda – Ketidaksiapan strategi pembangunan pemuda di daerah menjadi kekhawatiran serius bagi Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Fuad Fakhruddin. Ia memperingatkan bahwa tanpa langkah konkret dari sekarang, generasi muda Kaltim bisa gagal memanfaatkan peluang bonus demografi nasional yang akan mencapai puncaknya pada 2030.

Fuad menyoroti belum adanya arah kebijakan yang sistematis dan terstruktur untuk menyiapkan pemuda menghadapi era produktivitas tinggi tersebut.

“Saya khawatir bonus demografi nanti, yang katanya mencapai 68 sampai 69 persen di tahun 2030, bukan akan diisi oleh anak-anak putra Kalimantan Timur,” ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa potensi pemuda lokal bisa saja tidak termanfaatkan jika tidak didukung oleh program pembinaan yang berkelanjutan dan berbasis kekuatan lokal. Persaingan dengan SDM dari luar daerah menurutnya bukan lagi ancaman laten, melainkan kenyataan yang sudah mulai terasa di lapangan.

“Kalau tidak dilakukan dari sekarang, kita hanya akan menyaksikan orang luar yang memetik hasilnya. Pemuda kita bisa tertinggal karena tidak disiapkan sejak awal,” katanya.

Fuad menyarankan agar isu bonus demografi segera dipetakan dalam konteks daerah, dengan penyusunan peta jalan pembangunan sumber daya manusia yang terukur dan realistis. Ia menekankan perlunya intervensi berbasis data dan potensi lokal di setiap kabupaten/kota agar program yang dijalankan benar-benar berdampak.

Tak hanya menyoroti kebijakan pemerintah, Fuad juga menilai lemahnya sinergi antara organisasi kepemudaan dan pemerintah daerah sebagai hambatan tersendiri. Ia berharap organisasi pemuda mulai mengambil peran lebih aktif, tidak hanya bergantung pada anggaran, tetapi juga menciptakan gerakan penguatan kapasitas secara mandiri dan kolaboratif.

Lebih jauh, Fuad mengingatkan bahwa bonus demografi bukanlah jaminan otomatis kesejahteraan, tetapi peluang yang harus dikelola dengan sungguh-sungguh. Jika tidak dipersiapkan dengan baik, kondisi ini justru bisa menimbulkan tekanan sosial baru bagi daerah.

“Bonus demografi bukan janji otomatis kemajuan, melainkan peluang yang hanya akan nyata jika dipersiapkan secara serius,” tegasnya.

Dalam konteks itu, ia menekankan pentingnya tanggung jawab semua pihak untuk menjadikan pemuda sebagai aktor pembangunan, bukan hanya objek dari program yang sifatnya sesaat.

Loading