Pemuda Butuh Dukungan Nyata, Bukan Sekadar Seremoni
Portakaltim.com, Samarinda – Di tengah tantangan pembangunan yang semakin kompleks, Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Fuad Fakhruddin, menilai bahwa peran pemuda belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah maupun organisasi kepemudaan. Ia menekankan bahwa dukungan nyata jauh lebih dibutuhkan ketimbang sekadar seremoni atau formalitas belaka.
Menurut Fuad, pemuda memiliki potensi besar yang dapat dioptimalkan untuk menjawab persoalan strategis di daerah, khususnya di kawasan pasca tambang yang membutuhkan pembaruan secara sosial dan ekonomi.
“Milenial atau apapun itu, mereka harus betul-betul disupport. Ini yang harus jadi perhatian dinas terkait, termasuk KNPI dan organisasi pemuda lainnya, agar perlindungan secara aturan dan dukungan anggaran itu jelas,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa pembangunan sumber daya manusia pemuda seharusnya dimulai dari pemetaan yang berbasis data. Tanpa itu, kebijakan akan sulit tepat sasaran.
“Saya pernah sampaikan, seharusnya kita punya database komunitas pemuda, juga data jumlah pemuda di tiap kabupaten kota. Itu penting supaya kita bisa kembangkan mereka berdasarkan potensi lokal,” kata Fuad.
Fuad juga mengingatkan bahwa upaya pemberdayaan pemuda harus dibarengi dengan pendekatan nilai dan karakter. Menurutnya, banyak anak muda saat ini terjebak dalam euforia zaman, tanpa menghayati sejarah panjang perjuangan pemuda generasi sebelumnya.
“Kita sering terjebak seolah-olah pemuda sekarang itu tonggak awal. Padahal mereka adalah bagian dari akselerasi pemikiran generasi sebelumnya. Kalau tidak belajar dari sejarah, kita hanya akan mengejar kemewahan dan lupa nilai-nilai seperti akhlak dan etika,” tambahnya.
Ia menyarankan agar dinas terkait merancang program yang tidak hanya meningkatkan produktivitas pemuda, tetapi juga menanamkan kesadaran sejarah, etika, dan wawasan kebangsaan sebagai landasan berpikir dan bertindak. Hal ini menurutnya penting agar generasi muda mampu menjalankan peran sebagai agen perubahan secara utuh.
Di tengah wacana bonus demografi dan pergeseran orientasi generasi muda, Fuad menilai bahwa negara harus hadir lebih konkret dalam memastikan pemuda tidak hanya menjadi penonton dalam proses pembangunan, tetapi justru penggerak utamanya. Tanpa skema kebijakan yang sistemik, potensi besar ini hanya akan menjadi slogan kosong.
![]()





