5 Faktor Pemicu Anemia yang Sering Diabaikan

Ilustrasi penderita anemia

Portalkaltim.com, Samarinda – Anemia bukan sekadar soal kekurangan darah, melainkan cerminan dari gaya hidup dan kebiasaan yang tanpa disadari mengganggu keseimbangan gizi seseorang.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Andi Khomeini Takdir Haruni SpPD(K) menjelaskan, setidaknya ada lima faktor utama yang menjadi pemicu anemia, terutama pada masyarakat di Indonesia.

Faktor pertama adalah pola makan yang sekadar berorientasi pada rasa kenyang tanpa memperhatikan kandungan gizi.

“Makanan yang dikonsumsi sering kali minim zat besi, vitamin B12, asam folat, dan protein. Padahal itu semua penting untuk pembentukan sel darah merah,” jelasnya dalam webinar “Lemas Terus, Jangan-jangan Anemia?” oleh Kementerian Kesehatan RI di Instagram official @kemenkes_ri pada Jumat (13/6/2025).

Webinar interaktif oleh Kementerian Kesehatan RI melalui Instagram official kemenkes_RI
Webinar interaktif oleh Kementerian Kesehatan RI melalui Instagram official kemenkes_RI

Kedua, aspek kebersihan (hygiene) yang buruk juga turut berperan. Telur parasit yang menempel di sela jari atau alat makan dapat masuk ke tubuh dan mencuri nutrisi yang dibutuhkan tubuh, sehingga tubuh kehilangan asupan secara perlahan namun terus-menerus.

Faktor ketiga adalah kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman yang justru menghambat penyerapan zat gizi. Teh manis, misalnya, sangat populer di Indonesia, namun kandungan tanin dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi.

“Kalau kebiasaan minum teh dilakukan saat atau setelah makan, penyerapan zat besi menjadi tidak optimal,” katanya.

Di beberapa negara seperti Jepang dan Inggris, waktu minum teh dipisah dari waktu makan untuk menghindari gangguan penyerapan nutrisi tersebut.

Keempat, pada perempuan, perdarahan menstruasi yang banyak dan berlangsung lama menjadi pemicu signifikan. Kondisi ini kerap luput dari perhatian karena tidak selalu disertai keluhan berarti. Padahal, mereka perlu melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi sel darah merahnya.

Kelima, kelompok ibu hamil dan menyusui juga sangat rentan mengalami anemia karena kebutuhan nutrisinya meningkat. Nutrisi yang juga harus dibagi ke janin dan ASI, membuat para wanita berisiko lebih tinggi mengalami kurang darah.

“Apa yang dimakan ibu harus mencukupi dua jiwa sekaligus, dirinya dan anaknya,” terangnya.

Gejala anemia kerap disalahartikan sebagai kelelahan biasa. Perbedaannya, rasa lelah akibat anemia tidak membaik meski sudah cukup istirahat.

“Kalau capek karena aktivitas, tidur cukup akan membuat tubuh segar. Tapi pada anemia, kualitas darah yang buruk membuat tubuh tetap lemas meski sudah istirahat,” ujarnya.

Termasuk jika seseorang sering merasa pusing saat bangun tidur, perlu dicurigai adanya gangguan sirkulasi darah atau anemia, terutama jika tidak ada faktor usia atau penyakit penyerta lain seperti masalah jantung.

Ia menyarankan agar masyarakat mulai memperhatikan pola makan, kebersihan diri, dan mengenali tanda-tanda anemia sejak dini. Bila keluhan terus berlanjut, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. (SH)

Loading