Permainan Tradisional Diangkat Kembali, Menteri PPPA: Anak Belajar Karakter Lewat Mainan Daerah
Portalkaltim.com, Kutai Timur – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menegaskan pentingnya menghadirkan kembali permainan tradisional sebagai bagian dari pola asuh yang mengakar pada nilai-nilai kearifan lokal.
Dalam peluncuran Ruang Bersama Indonesia (RBI) di Kantor Bupati Kutai Timur, Selasa (13/5/2025), ia menyampaikan bahwa permainan tradisional bukan hanya sekadar hiburan, tetapi sarana pendidikan karakter anak yang terbukti efektif.

“Permainan tradisional itu penuh filosofi. Anak-anak bisa belajar sabar, sportif, kerja sama, dan empati,” tegas Arifah.
Ia menyebut, di tengah maraknya gawai dan budaya ‘mager’ alias malas gerak, permainan tradisional menjadi alternatif yang sehat dan penuh makna.
“Anak tidak cuma bergerak aktif, tapi juga belajar nilai-nilai sosial,” ungkapnya.
Permainan seperti gobak sodor, congklak, dan berbagai bentuk permainan daerah lainnya kini akan dihidupkan kembali melalui RBI. Setiap daerah akan mengangkat permainan khasnya dari Aceh hingga Papua sebagai bentuk pelestarian budaya dan alat pendidikan.
Menurut Arifah, permainan ini umumnya dimainkan berkelompok, mulai dari dua hingga sepuluh anak, yang secara alami menumbuhkan interaksi sosial. Lebih dari itu, RBI diharapkan menjadi ruang di mana anak-anak merasa aman, bebas berekspresi, dan bisa tumbuh dengan karakter yang kuat.
“Anak tidak melihat perbedaan. Mereka bermain bersama tanpa melihat suku, agama, atau latar belakang. Itu nilai yang mahal saat ini,” ujarnya.
Sebab, seperti hasil survei Forum Anak Semarang yang juga disoroti Arifah, yakni sebesar 80 persen anak mengaku lebih nyaman bercerita kepada teman daripada kepada orang tua saat menghadapi masalah. Ini menandakan pentingnya menciptakan ruang komunikasi yang hangat sejak dini.
Dengan mengusung permainan tradisional sebagai pendekatan, RBI tak hanya menghidupkan budaya lokal, tapi juga menjahit kembali kebersamaan yang sempat longgar dalam keluarga dan masyarakat.
“Mari kita kuatkan pola asuh yang menyentuh hati anak-anak,” tutup Arifah. (SH)
