
Bengalon Catat Kasus Kekerasan Anak Tertinggi di Kutai Timur, LPAI Rencanakan Sosialisasi dan Pelantikan Pengurus di Seluruh Kecamatan
SANGATTA – Kecamatan Bengalon mencatat kasus kekerasan anak tertinggi di Kabupaten Kutai Timur, menurut Asti Mazar, Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Kutai Timur sekaligus Ketua LPAI Kutim. Namun, Asti juga mengingatkan bahwa kecamatan lain mungkin memiliki lebih banyak kasus kekerasan anak yang belum terungkap dengan baik.
“Bengalon merupakan contoh wilayah dengan angka kasus kekerasan anak tertinggi dari 18 kecamatan yang ada di Kutai Timur. Namun, bisa jadi di kecamatan lain kasusnya lebih tinggi, hanya saja tidak terdeteksi,” ujar Asti Mazar. “Karena Bengalon dekat dengan Sangatta, informasi lebih cepat sampai dan terlaporkan.”
Untuk mengatasi masalah ini, LPAI Kutim merencanakan sosialisasi intensif di setiap kecamatan, dengan tujuan agar masyarakat lebih memahami peran dan fungsi LPAI dalam penanganan kasus kekerasan anak. Asti Mazar menekankan bahwa kehadiran LPAI di setiap kecamatan sangat penting untuk memastikan bahwa kasus kekerasan anak dapat segera ditangani.
“Kami akan melaksanakan sosialisasi di semua kecamatan. Dengan demikian, masyarakat akan tahu apa yang harus dilakukan ketika ada kasus kekerasan anak dan bagaimana LPAI bisa membantu,” ujar Asti. “LPAI harus hadir sebagai lembaga yang sigap dan tanggap.”
Selain sosialisasi, LPAI Kutim juga berencana melantik pengurus di setiap kecamatan. Tujuannya adalah memastikan setiap kasus kekerasan anak dapat segera diatasi melalui pengurus LPAI setempat. Asti Mazar berharap langkah ini dapat mempercepat penanganan kasus kekerasan anak di seluruh wilayah Kutai Timur.
“Dengan adanya pengurus di setiap kecamatan, kita bisa segera menangani kasus-kasus kekerasan anak yang terjadi. Bengalon hanyalah contoh, tapi kami harus siap di semua wilayah,” kata Asti.
Langkah proaktif ini menunjukkan komitmen LPAI Kutim dalam melindungi anak-anak dan menangani kasus kekerasan dengan cepat dan efektif. Dengan adanya pengurus di setiap kecamatan dan sosialisasi yang intensif, diharapkan angka kasus kekerasan anak di Kutai Timur dapat ditekan dan ditangani dengan lebih baik. ADV
