SANGATTA – Dalam upaya mengembangkan sektor pariwisata, Agusriansyah Ridwan, anggota Komisi D DPRD Kutai Timur (Kutim), menekankan pentingnya integrasi antara wisata alam dengan budaya dan kuliner lokal. Menurutnya, potensi wisata di Kutim dapat lebih maksimal jika dikemas dengan baik, terutama dengan memperkenalkan elemen budaya dan kuliner yang khas.
“Pariwisata ini kan ada beberapa jenis destinasi, ada yang faktor dibentuk oleh alam, ada juga yang dibentuk perencanaannya, dan ada juga yang terintegrasi dalam kultur budaya yang ada,” ungkap Agusriansyah dalam wawancaranya. Dia percaya bahwa wisata budaya dan kuliner memiliki daya tarik yang besar jika dikembangkan dengan tepat.
Agusriansyah menyarankan untuk memulai dengan proyek percontohan yang fokus pada destinasi wisata yang menggabungkan elemen budaya dan kuliner lokal.
“Harapan kita, paling tidak, ada tiga cara. Pertama, kalau bisa harus ada pilot projek. Jadi dari sekian banyak wisata alam yang tersedia itu, kalau bisa proyek pertamanya dipilih destinasinya satu kesatuan trip ke depannya,” jelasnya.
Dia mengusulkan agar dipilih 10 destinasi yang berdekatan dari ratusan destinasi yang ada. Destinasi-destinasi ini, menurutnya, dapat diintegrasikan dalam satu trip yang mencakup berbagai jenis wisata seperti pantai dan gunung, serta wisata buatan seperti waterboom atau museum. Selain itu, penting untuk menampilkan seni budaya lokal dan kuliner khas daerah dalam trip tersebut.
“Ini juga terintegrasi kalau mau dibuat wisata buatan yang kira-kira menambah, misal waterboom, museum, semacam layar ditampilkan buatan itu kan bisa. Atau juga bisa dikemas dalam bentuk tampilan seni budaya di daerah setempat dan terkait makanan yang dimiliki di situ,” tambah Agusriansyah.
Dia juga menekankan pentingnya mengoptimalkan wisata yang dekat dengan kota untuk memudahkan akses dan meningkatkan pendapatan mingguan.
“Kemudian kalau bisa fokusnya mengoptimalkan wisata yang dekat kota. Sehingga akses mudah, paling tidak kegiatan pekanan bisa dapat pendapatan lebih mudah,” ujarnya.
Proyek percontohan ini diharapkan dapat memberikan panduan dalam mengembangkan wisata outdoor atau alam yang berlumpur. Menurut Agusriansyah, wisata yang menantang seperti ini memiliki daya tarik tersendiri dan bisa menjadi fokus pengembangan lebih lanjut.
“Nanti tinggal dibuat pilot projeknya terkait wisata outdoor atau alam yang berlumpur. Tinggal ditentukan. Misalnya ada lima zonasi, tinggal ditentukan zonasi mana,” paparnya.
Dia juga menyoroti bahwa wisata memiliki dua jenis jalan: ada yang mulus dan ada yang tidak. Menurutnya, jangkauan dekat harus menjadi prioritas utama karena banyak yang bisa dimanfaatkan.
“Wisata itu ada dua jenis: ada yang alamnya tidak mulus jalannya, ada yang jalannya. Kalau jangkauan dekat harus jadi poin diprioritaskan. Karena banyak pasti itu. Itu pilot proyeknya harus jelas,” tutupnya.ADV