SANGATTA – Poniso Suryo Renggono Asisten I bidang Pemerintahan dan Kesra Kabupaten Kutai Timur (Kutim)minta pemerintah kecamatan dan desa turut kawal penurunan angka stunting di Kutim. ,
Berdasarkan data yang tekah kami terima, jumlah stunting di Kutim masih 27 persen, dengan target penurunan hingga 14 persen pada akhir 2024 mendatang.
“Kita meminamanya Tim Percepatan Penurunan Stunting yang sudah tersebar di 18 kecamatan, saya kira para camat dan kepala desa bisa di pantau,” ucapnya.
Menurut Poniso, beberapa hal mendasar penyebab terjadinya stunting pada anak adalah berkaitan dengan gizi buruk, dan kurangnya pemeriksaan rutin saat hamil maupun saat bayi.
Padahal jika berdasarkan penuturan dari Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutim, dr Bahrani Hasanal pencegahan stunting di mulai saat 1000 hari kehidupan atau sejak umur tujuh bulan kandungan.
“Jika berdasarkan pemaparan yang pernah disampaikan Kepala Dinkes kan seperti itu, artinya memang harus diperhatikan sejak si ibu hamil, rajin ke posyandu, puskesmas atau rumah sakit,” terang Poniso.
Selain itu, saat rapat koordinasi para camat dan kepala desan juga harus menyampaikan bagaimana perkembangan kegiatan posyandu di daerahnya.
Yang diharapkan, para camat dan kepala desa untuk memberikan laporan, keluhan maupun kebutuhan baik dari tim yang bertugas atau petugas posyandu.
“Camat bisa melaporkan misal, disini butuh support anggaran untuk ibu hamil, atau banyak yang malas ke posyandu, nanti kita koordinasikan mungkin pak bupati akan mengeluarkan surat dan sebagainya,” imbuhnya.
Meski tak bisa menjamin langkah yang dilakukan efektif, namun Poniso menegaskan akan selalu melakukan evaluasi guna memaksimalkan penurunan angka stunting.