SANGATTA – Hutan Lindung Wehea di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), adalah salah satu Hutan Tropis Indonesia yang menampilkan kekayaan dan keanekaragaman hayati.
Hutan lindung Wehea adalah rumah bagi aneka ragam flora dan fauna, terletak di Desa Nehas Liah Bing yang merupakan kampung halaman masyarakat Dayak Wehea.
“Masyarakat tradisional di sana tinggal di tepi sungai Wahau. Perjalanan menuju hutan lindung Wehea membutuhkan waktu sekitar 3 jam dari wahau,” ucap Kepala Bidang Objek Wisata Dinas Pariwisata Kutim, Akhmad Rifanie.
Hutan Lindung Wehea juga memiliki beberapa jalur ekowisata yang menarik. Dari 4 jalur ini wisatawan akan mengetahui kekayaan flora yang dimiliki Hutan Lindung Wehea.
Pertama, jalur ekowisata Bukit longsor di jalur sepanjang 2 Km traveller bisa belajar mengenal berbagai jenis pohon melalui papan informasi yang ditempelkan di setiap pohon.
Papan informasi ini berisikan nama pohon, bahasa ilmiah, dan bahasa latin pohon, selain itu juga ada pohon besar berukuran 3 meter.
Kedua, jalur ekowisata 4625, nama jalur ini diambil dari panjang trek yang mencapai 4.625 meter di sepanjang Sungai Skung Saka.
Dengan menyusuri sungai ini traveler akan menemukan waduk yang cukup besar di mana bisa digunakan untuk berenang atau sekedar memancing.
“Ketiga, jalur ekowisata gunung batu putih yang mana jalur ini menghubungkan antara dua menara pandang,* ungkapnya.
Jalur ini bagus bagi traveller yang ingin belajar berbagai macam jenis pohon tetapi memiliki topografi yang curam dengan kemiringan 35-37 derajat.
Kemudian, jalur ekowisata puncak Laas yang berada di ketinggian 750 meter dari permukaan laut sehingga tempat ini bagus untuk menikmati terbenamnya matahari di hutan.
Trek ekowisata di hutan Wehea sangat menjanjikan petualangan alam di hutan yang masih murni bagi pecinta wisata alam.
“Tersedia juga dua menara pandang yang memudahkan para traveller untuk menikmati pemandangan kanopi hutan Wehea,” tandasnya.